Friday, November 13, 2015

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA/ ETIKA MUSLIM




AL QUR’AN





KELOMPOK 5:
                            1. JUWITA DESI DWIRHAYU H.S   15.12.8641
                             2. BAGASKORO MAHEDRA           15.12.8642
                             3. SETIO ADI NUGROHO              15.12.8688

KELAS         :          S1.SI.05
 

                                              STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

    
               
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Al Qur’an
                Menurut bahasa, “Qur’an” berarti “bacaan”, pengertian seperti ini ditemukan dalam Al-Qur’an sendiri yakni dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-18 :
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an ( di dalam dadamu ) dan ( menetapkan ) bacaannya ( pada lidahmu ) itu adalah tanggungan kami. ( Karena itu ), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.
Adapun menurut istilah Al-Qur’an berarti: “Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah”.
-          Menurut ejaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam.
-          Manna’al-Qathan , ia mendefenisikan Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan beribadah dalam membacanya.
-          Ali Ashabuni, Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang mengandung mukjizat yag diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan Rasul dengan perantara malikat jibril. Mukjizat adalah sesuatu yang membuat laanna lemah atau membujuk agar orang untuk beriman
B.      Sejarah Al Qur’an
*Penurunan Al Qur’an
                Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika Al Qur’an diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad saw. Beliau merasa terkejut dan ketakutan. Kejadian ini membuat dia trauma beberapa hari, padahal sebelumnya ia telah mempersiapkan diri dengan kontemplasi untuk beberapa lama di Gua Hira meski ia tidak mengharapkan dan tidak menduga akan datangnya wahyu kepadanya.
Dalam renungannya yang mendalam, Allah bermaksud untuk membantu memecahkan apa yang menjadi beban pikirannya dengan mengangkatnya menjadi Rasul yang diberi pesan-pesanoleh Allah berupa wahyu untuk disampaikan kepada umatnya dalam rangka mengeluarkan mereka dari dunia kegelapan menuju dunia yang pemuh cahaya terang. Oleh Rahman digambarkan bahwa sebelum Nabi Muhammad menerima tugas kenabian, pikirannya selalu tersiksa oleh masalah-masalah situasi dan nasib umat manusia di zamannya. Hal ini mendorongnya untuk menyepi dan berkontmplasi secara teratur. Dari perjuangan jiwanya yang tidak pernah menyerah untuk menemukan jawaban inilah maka turun wahyu kepadanya (Rahman, 1979)
                Disini jelas bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad tidak untuk dirinya sendiri, akan tetapi untuk dijadikan landasan membimbing umatnya dan mengembailikan mereka sebagaimana proporsinya sebagai manusia. Sebab, pada hakikatnya manusia adalah makhluk theomorfis (berketuhanan) ysng secara intregral dapat menerima pesan-pesan ilahiah.
Akan tetapi bukan suatu hal yang mudah untuk mengubah masyarakat yang sudah terkurung oleh tradisi yang buruk yang telah mendarah daging. Meski disadari masyarakat Arab dimna Nabi Muhammad hidup sudah menerima ajaran-ajaran samawi, namun setelah rentang waktu sekian panjang mereka membuat simbol-simbol sebagai bentuk persembahan yang telah jauh menyimpang dari subtansi ajaran samawi tersebut. Ini lebih disebabkan oleh faktor  keras kepala mereka terhadap ajaran tersebut. Sikap keras kepala terhadap ajakan Nabi Muhammad saw.  dan pengikutnya.
                Nabi Muhammad yang berada di alam nyata akan menghadapi problem yang sangat besar dalam menyampaikan pesan-pesannya yang telah diperolehnya dari pengalaman yang tidak dapat dipahami dan diterima oleh akal manusia kebanyakan. Karena itu, perlu adanya kejadian yang berulang-ulang demi meyakinkan mereka akan adanya kebenaran dari pesan tersebut, disamping untuk menyiapkan kesadaran mereka tentang adanya alam ghaib.

*Periodisasi Turunnya Al-Qur’an
                Turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad merupakan peristiwa besar sekaligus menytakan kedudukannya dihadapan penghuni langit dan bumi. Al Qur’an turun pertama kaliny pada malam Lailatul Qadar dan ini merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi (para malaikat) akan kemuliaat umat Nabi Muhammad. Adapun  ide moral Al Qur’an terproyeksi kedalam dunia secara berangsur-angsur yang disesuaikan dengan bahasa dan perilaku manusia, disamping juga untuk menguatkan hati Rasul dan menghiburnya (al-Qattan 1978)

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
(Q.S al-Baqarah [2]:185)



“Kami (Allah) telah menurukannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” (Q.s al-Qadr [97]:1)



“sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (Q.S ad-Dukhan [44]:3)
                Adapun turunnya Al-Qur’an dengan cara bertahap secara global terbagi dalam beberapa fase yang disesuaikan dengan periode, geografis, dan sosiologis. Beberapa aspek tersebut kemudian menimbulkan berbagai pendapat tentang periodesasi ini. Berlandaskan pada periode dan geografis, para ulama biasanya mengategorikan periode Mekah dan Madinah, atau sebelum dan sesudah hijrah (as-Siddieqy, 1994).
1.       Untuk periode pertama, misi-misi yang terkandung di dalamnya lebih terfokus pada Nabi Muhammad sebagai pembawa misi Ikahi yang sangat berat dimana persiapan mentalnya sangat dibutuhkan meski secara lahiriah dia adalah orang yang paling siap untuk menghadapi kaumnya
2.       Sementara pada periode kedua sudah dimulai ekspansi keluar, meskipun masih sebatas pada kerabat dekat Nabi Muhammad. Hal ini terbaca dari firman Allah:

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang terdekat “ (Q.S asy-Syu’ara [26]:214)
Nabi Muhammad mengumpulkan seluruh anggota keluarganya dari Bani Abdul Mutallib dan mengabarkan kepada mereka tentang misinya. Dalam menjelaskan tugasnya, beliau meminta dukungan dan bantuan dalam mengemban tugas tersebut. Sayang, bukannya pertolongan yang diterima, justru cemoohan, kecuali dari seorang yang baru berumur bwlasan tahunyang memberi dukungannya, yakni Ali bin Abi Thalib (at-Tabari, 1987)
                               
"Bukankah kami (Allah) telah melapangkan dadamu? Dan kami (Allah) juga telah
menghilangkan darimu beban yang memberatkan punggungmu? "(Q.S al-Insyirah [94]:1-3)
3.       Periode ketiga adalah orientasi dan misi yang diemban beliau yang bersifat lebih tegas dan mengarah pada bantahan dan kecaman secara umum terhadap tatanan dan pandangan hidup masyarakat Jahiliah ketika itu. Hal-hal ini dapat dilihat dari kecaman Al Qur’an sendiri terhadap penumpukan harta, seperti yang tercermin pada surah at-Takasur, al-Lahab dan al-Humazah.
4.       Periode keempat adalah periode dimana masyarakat Arablah yang meminta dan membutuhkan kehadiran beliau dengan misi-misinya. Suatu hal yang mustahil bagi masyarakat baru di Madinah telah memberikan tawarannya kepada Nabi Muhammad tanpa mengenal karakter dan misinya terlebih dahulu secara mendalam.
Akan tetapi, dalam kondisi yang baru ini buksn berarti Nabi Muhammad tidak mendapatkan tantangan dan kendala sama sekali. Hal ini tercermin dalam suarh al-Afal [8] ayat 63.
 “Dia (Allah) yang telah mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman); walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada dibumi ini, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Mahagagah lagi Maha bijaksana. (Q.S al-Anfal [8]:63)
5.       Selanjutnya adalah periode kelima. Dalam periode ini terjadi penyempurnaan misi-misi wahyu yang telah mampu menundukan kau yang keras kepala dari kaum Nabi Muhammad saw.  di Mekah atau sebagai cermin dari sikap-sikap semacamm itu bagi umat sesudahnya. Adapun ayat-ayat yang turun dalam periode ini ditandai dengan adanya pernyataan pemisahan dan pembebasan dari kaum musyrik dan kafir dikota Mekah (Ibnu Hy=isyam,1336). Lebih dari itu, periode ini juga dipenuhi kabar gembira bagi kaum muslim tentang adanya pertolongan Allah awt. atas penguasaan kota sebagai pusat kegiatan religius dari berbagai suku (Q.S an-Nasrv[110]-1-3)

C.      TUJUAN POKOK AJARAN AL-QUR’AN
1.       Dari sejarah diturunkannya Al-Quran, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Quran mempunyai tiga tujuan pokok:
2.       Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercyaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
3.       Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
4.       Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat,”Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh manusia kejalan yang harus ditempuh demi kebahagian hidup di dunia dan akhirat.”[]

D.      Garis Besar Isi Al- Qur’an
Pokok- pokok isi Al- Qur’an ada lima, yaitu:
a. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, Malaikat- malaikat-Nya, Kitab- kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kemudian dan Qada’ dan Qadar yang baik dan buruk.
b. Tuntutan ibadah sebagai perbuatan yang menghidupkan jiwa tauhid
c. Janji dan ancaman : Al- Qur’an menjanjikan pahala bagi orang yang mau menerima dan mengamalkan isi Al-qur’an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksa.
d. Hukum yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagian dunia dan akhirat.
e. Inti sejarah orang- orang yang tunduk kepada Allah, yaitu orang- orang yang shaleh seperti, Nabi- nabi dan Rasul- rasul, juga sejarah mereka yang mengingkari agama Allah dan hukum- hukumNya.
Maksud sejarah ini ialah sebagai tuntutan dan tauladan bagi orang- orang yang hendak mencari kebahagian dan meliputi tuntutan akhlaq.

E.       FUNGSI DAN KEDUDUKAN AL-QUR’AN
                Dari sudut subtansinya, fungsi Al-Qur’an sebagaimana tersurat  nama-namanya dalam  Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a.       Al-Huda (petunjuk), Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi al-Qur'an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman.4
b.      Al-Furqon (pemisah), Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah.
c.       Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit Psikologis)
d.      Al-Mau’izah (nasihat), Didalam  Al-Qur’an di katakan bahwa ia berfungsi sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa
2. Fungsi Al-Qur’an di lihat dari realitas kehidupan manusia
a.   Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan yang lurus bagi kehidupan manusia
b.  Al-Qur’an sebagai mukjizat bagi Rasulallah SAW.5
c.   Al-Qur’an menjelaskan kepribadian manusia dan ciri-ciri umum yang membedakannya dari makhluk lain6
d.  Al-Qur’an sebagai korektor dan penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya
e.  Menjelaskan kepada manusia tentang masalah yang pernah di perselisikan      
umat Islam terdahulu
f.       Al-Qur’an berfungsi Memantapkan Iman
g.      Tuntunan dan hukum untuk menempuh kehiduapan
KEDUDUKAN AL-QU’AN DALAM ISLAM
1. Al-Qur’an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman
    Disiplin ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an di antaranya yaitu:
a.       Ilmu Tauhid (Teologi)
b.      Ilmu Hukum
c.       Ilmu Tasawuf
d.      Ilmu Filasafat Islam
e.       Ilmu Sejarah Islam
f.       Ilmu Pendidikan Islam
2. Al-Quran sebagai Wahyu Allah SWT  yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu  Allah; tidak ada satu kata pun yang  datang dari perkataan atau pikiran Nabi.
3. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, Al-Qur’an merupakan khabar yang di bawah nabi yang datang dari Allah dan di sebarkan kepada manusia.
4. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di hadapi.
5. Sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada zaman rasulallah dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan datang.
6. Al-Quran sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, Al-Qur’an itu tidak akan terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber hukum, sumber ilmu pengetahuan dan lain-lain.
7. Al-Qur’an di nukil secara mutawattir artinya,  Al-Qur’an disampaikan kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok   orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
8. Al-Qur’an sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam kata lain bahwa Al-Qur’an menempati posisi awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah. 
9. Al-Qur’an di sampaikan kepada nabi Muhammad secara lisan artinya, baik lafaz ataupun maknanya dari Allah SWT.
10. Al-Qur’an termaktub dalam Mushaf, artinya bahwa setiap wahyu Allah yang lafaz dan maknanya berasal dari-Nya itu termaktub dalam Mushaf (telah di bukukan).
11. agama islam datang dengan al qur'annya membuka lebar-lebar mata manusia agar mereka manyadari jati diri dan hakikat hidup di muka bumi.
F.       HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR

1. Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu ‘AlaihiwaSallam .Firman-Nya:“Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya adan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
2. Untukmenantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an karenamenurutmerekaanehkalaukitabsuciditurunkansecaraberangsur-angsur. Denganbegitu Allah menantangmerekauntukmembuatsatusuratsaja yang (takperlumelebihi) sebandingdengannya. Dan ternyatamerekatidaksanggupmembuatsatusuratsaja yang seperti Qur’an, apalagimembuatlangsungsatukitab.
3. Supaya mudah dihapal dan dipahami.
4. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerimaAl- Qur’an dan giat mengamalkannya.
5. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan satu hukum.








Daftar Pustaka
- http://abdullahqiso.blogspot.co.id/2013/12/fungsi-dan-kedudukan-al-quran-dalam.html
- buku Sejarah Al Quran 2008, Nur Faizah Hal 59-62 , dan 62-70.
- membumikan Alquran 2007 , M.Quraisih Shihab, MIZAN hal 57.