AL QUR’AN
KELOMPOK 5:
1. JUWITA DESI
DWIRHAYU H.S 15.12.8641
2. BAGASKORO
MAHEDRA 15.12.8642
3. SETIO ADI
NUGROHO 15.12.8688
KELAS : S1.SI.05
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al Qur’an
Menurut bahasa,
“Qur’an” berarti “bacaan”, pengertian seperti ini ditemukan dalam Al-Qur’an
sendiri yakni dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-18 :
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an ( di dalam dadamu ) dan ( menetapkan ) bacaannya ( pada lidahmu ) itu adalah tanggungan kami. ( Karena itu ), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.
Adapun menurut istilah Al-Qur’an berarti: “Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah”.
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an ( di dalam dadamu ) dan ( menetapkan ) bacaannya ( pada lidahmu ) itu adalah tanggungan kami. ( Karena itu ), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.
Adapun menurut istilah Al-Qur’an berarti: “Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah”.
-
Menurut ejaan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam.
-
Manna’al-Qathan , ia mendefenisikan Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan beribadah dalam
membacanya.
-
Ali Ashabuni, Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT
yang mengandung mukjizat yag diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan Rasul
dengan perantara malikat jibril. Mukjizat adalah sesuatu yang membuat laanna
lemah atau membujuk agar orang untuk beriman
B. Sejarah Al Qur’an
*Penurunan
Al Qur’an
Tidak
dapat dipungkiri bahwa ketika Al Qur’an diturunkan pertama kali kepada Nabi
Muhammad saw. Beliau merasa terkejut dan ketakutan. Kejadian ini membuat dia
trauma beberapa hari, padahal sebelumnya ia telah mempersiapkan diri dengan
kontemplasi untuk beberapa lama di Gua Hira meski ia tidak mengharapkan dan
tidak menduga akan datangnya wahyu kepadanya.
Dalam renungannya yang mendalam, Allah
bermaksud untuk membantu memecahkan apa yang menjadi beban pikirannya dengan
mengangkatnya menjadi Rasul yang diberi pesan-pesanoleh Allah berupa wahyu
untuk disampaikan kepada umatnya dalam rangka mengeluarkan mereka dari dunia
kegelapan menuju dunia yang pemuh cahaya terang. Oleh Rahman digambarkan bahwa
sebelum Nabi Muhammad menerima tugas kenabian, pikirannya selalu tersiksa oleh
masalah-masalah situasi dan nasib umat manusia di zamannya. Hal ini
mendorongnya untuk menyepi dan berkontmplasi secara teratur. Dari perjuangan
jiwanya yang tidak pernah menyerah untuk menemukan jawaban inilah maka turun wahyu
kepadanya (Rahman, 1979)
Disini
jelas bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad tidak untuk dirinya
sendiri, akan tetapi untuk dijadikan landasan membimbing umatnya dan
mengembailikan mereka sebagaimana proporsinya sebagai manusia. Sebab, pada hakikatnya
manusia adalah makhluk theomorfis (berketuhanan) ysng secara intregral dapat
menerima pesan-pesan ilahiah.
Akan tetapi bukan suatu hal yang mudah untuk mengubah masyarakat yang sudah terkurung oleh tradisi yang buruk yang telah mendarah daging. Meski disadari masyarakat Arab dimna Nabi Muhammad hidup sudah menerima ajaran-ajaran samawi, namun setelah rentang waktu sekian panjang mereka membuat simbol-simbol sebagai bentuk persembahan yang telah jauh menyimpang dari subtansi ajaran samawi tersebut. Ini lebih disebabkan oleh faktor keras kepala mereka terhadap ajaran tersebut. Sikap keras kepala terhadap ajakan Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya.
Akan tetapi bukan suatu hal yang mudah untuk mengubah masyarakat yang sudah terkurung oleh tradisi yang buruk yang telah mendarah daging. Meski disadari masyarakat Arab dimna Nabi Muhammad hidup sudah menerima ajaran-ajaran samawi, namun setelah rentang waktu sekian panjang mereka membuat simbol-simbol sebagai bentuk persembahan yang telah jauh menyimpang dari subtansi ajaran samawi tersebut. Ini lebih disebabkan oleh faktor keras kepala mereka terhadap ajaran tersebut. Sikap keras kepala terhadap ajakan Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya.
Nabi
Muhammad yang berada di alam nyata akan menghadapi problem yang sangat besar
dalam menyampaikan pesan-pesannya yang telah diperolehnya dari pengalaman yang
tidak dapat dipahami dan diterima oleh akal manusia kebanyakan. Karena itu,
perlu adanya kejadian yang berulang-ulang demi meyakinkan mereka akan adanya
kebenaran dari pesan tersebut, disamping untuk menyiapkan kesadaran mereka
tentang adanya alam ghaib.
*Periodisasi
Turunnya Al-Qur’an
Turunnya
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad merupakan peristiwa besar sekaligus menytakan
kedudukannya dihadapan penghuni langit dan bumi. Al Qur’an turun pertama kaliny
pada malam Lailatul Qadar dan ini merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat
tinggi (para malaikat) akan kemuliaat umat Nabi Muhammad. Adapun ide moral Al Qur’an terproyeksi kedalam dunia
secara berangsur-angsur yang disesuaikan dengan bahasa dan perilaku manusia,
disamping juga untuk menguatkan hati Rasul dan menghiburnya (al-Qattan 1978)
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.”
(Q.S al-Baqarah [2]:185)
(Q.S al-Baqarah [2]:185)
“Kami (Allah) telah menurukannya
(Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” (Q.s al-Qadr [97]:1)
“sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (Q.S
ad-Dukhan [44]:3)
Adapun
turunnya Al-Qur’an dengan cara bertahap secara global terbagi dalam beberapa
fase yang disesuaikan dengan periode, geografis, dan sosiologis. Beberapa aspek
tersebut kemudian menimbulkan berbagai pendapat tentang periodesasi ini.
Berlandaskan pada periode dan geografis, para ulama biasanya mengategorikan
periode Mekah dan Madinah, atau sebelum dan sesudah hijrah (as-Siddieqy, 1994).
1.
Untuk periode pertama, misi-misi yang
terkandung di dalamnya lebih terfokus pada Nabi Muhammad sebagai pembawa misi
Ikahi yang sangat berat dimana persiapan mentalnya sangat dibutuhkan meski
secara lahiriah dia adalah orang yang paling siap untuk menghadapi kaumnya
2.
Sementara pada periode kedua sudah dimulai
ekspansi keluar, meskipun masih sebatas pada kerabat dekat Nabi Muhammad. Hal
ini terbaca dari firman Allah:
“Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang terdekat “ (Q.S asy-Syu’ara
[26]:214)
Nabi
Muhammad mengumpulkan seluruh anggota keluarganya dari Bani Abdul Mutallib dan
mengabarkan kepada mereka tentang misinya. Dalam menjelaskan tugasnya, beliau
meminta dukungan dan bantuan dalam mengemban tugas tersebut. Sayang, bukannya
pertolongan yang diterima, justru cemoohan, kecuali dari seorang yang baru
berumur bwlasan tahunyang memberi dukungannya, yakni Ali bin Abi Thalib
(at-Tabari, 1987)
"Bukankah kami (Allah) telah
melapangkan dadamu? Dan kami (Allah) juga telah
menghilangkan darimu beban yang memberatkan punggungmu? "(Q.S al-Insyirah [94]:1-3)
menghilangkan darimu beban yang memberatkan punggungmu? "(Q.S al-Insyirah [94]:1-3)
3.
Periode ketiga adalah orientasi dan misi yang
diemban beliau yang bersifat lebih tegas dan mengarah pada bantahan dan kecaman
secara umum terhadap tatanan dan pandangan hidup masyarakat Jahiliah ketika
itu. Hal-hal ini dapat dilihat dari kecaman Al Qur’an sendiri terhadap
penumpukan harta, seperti yang tercermin pada surah at-Takasur, al-Lahab dan
al-Humazah.
4. Periode
keempat adalah periode dimana masyarakat Arablah yang meminta dan membutuhkan
kehadiran beliau dengan misi-misinya. Suatu hal yang mustahil bagi masyarakat
baru di Madinah telah memberikan tawarannya kepada Nabi Muhammad tanpa mengenal
karakter dan misinya terlebih dahulu secara mendalam.
Akan tetapi, dalam kondisi yang baru ini buksn berarti Nabi Muhammad tidak mendapatkan tantangan dan kendala sama sekali. Hal ini tercermin dalam suarh al-Afal [8] ayat 63.
Akan tetapi, dalam kondisi yang baru ini buksn berarti Nabi Muhammad tidak mendapatkan tantangan dan kendala sama sekali. Hal ini tercermin dalam suarh al-Afal [8] ayat 63.
“Dia (Allah) yang telah mempersatukan hati
mereka (orang-orang yang beriman); walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada dibumi ini, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka,
akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Mahagagah
lagi Maha bijaksana. (Q.S al-Anfal [8]:63)
5.
Selanjutnya adalah periode kelima. Dalam
periode ini terjadi penyempurnaan misi-misi wahyu yang telah mampu menundukan
kau yang keras kepala dari kaum Nabi Muhammad saw. di Mekah atau sebagai cermin dari sikap-sikap
semacamm itu bagi umat sesudahnya. Adapun ayat-ayat yang turun dalam periode
ini ditandai dengan adanya pernyataan pemisahan dan pembebasan dari kaum
musyrik dan kafir dikota Mekah (Ibnu Hy=isyam,1336). Lebih dari itu, periode
ini juga dipenuhi kabar gembira bagi kaum muslim tentang adanya pertolongan
Allah awt. atas penguasaan kota sebagai pusat kegiatan religius dari berbagai
suku (Q.S an-Nasrv[110]-1-3)
C. TUJUAN POKOK AJARAN AL-QUR’AN
1.
Dari sejarah diturunkannya Al-Quran, dapat
diambil kesimpulan bahwa Al-Quran mempunyai tiga tujuan pokok:
2. Petunjuk
akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam
keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercyaan akan kepastian adanya hari
pembalasan.
3. Petunjuk
mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan
susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual
atau kolektif.
4. Petunjuk
mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang
harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau
dengan kata lain yang lebih singkat,”Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh
manusia kejalan yang harus ditempuh demi kebahagian hidup di dunia dan
akhirat.”[]
D. Garis Besar
Isi Al- Qur’an
Pokok- pokok isi Al- Qur’an ada lima, yaitu:
a. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, Malaikat- malaikat-Nya, Kitab- kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kemudian dan Qada’ dan Qadar yang baik dan buruk.
b. Tuntutan ibadah sebagai perbuatan yang menghidupkan jiwa tauhid
c. Janji dan ancaman : Al- Qur’an menjanjikan pahala bagi orang yang mau menerima dan mengamalkan isi Al-qur’an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksa.
d. Hukum yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagian dunia dan akhirat.
e. Inti sejarah orang- orang yang tunduk kepada Allah, yaitu orang- orang yang shaleh seperti, Nabi- nabi dan Rasul- rasul, juga sejarah mereka yang mengingkari agama Allah dan hukum- hukumNya.
Maksud sejarah ini ialah sebagai tuntutan dan tauladan bagi orang- orang yang hendak mencari kebahagian dan meliputi tuntutan akhlaq.
Pokok- pokok isi Al- Qur’an ada lima, yaitu:
a. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, Malaikat- malaikat-Nya, Kitab- kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kemudian dan Qada’ dan Qadar yang baik dan buruk.
b. Tuntutan ibadah sebagai perbuatan yang menghidupkan jiwa tauhid
c. Janji dan ancaman : Al- Qur’an menjanjikan pahala bagi orang yang mau menerima dan mengamalkan isi Al-qur’an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksa.
d. Hukum yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagian dunia dan akhirat.
e. Inti sejarah orang- orang yang tunduk kepada Allah, yaitu orang- orang yang shaleh seperti, Nabi- nabi dan Rasul- rasul, juga sejarah mereka yang mengingkari agama Allah dan hukum- hukumNya.
Maksud sejarah ini ialah sebagai tuntutan dan tauladan bagi orang- orang yang hendak mencari kebahagian dan meliputi tuntutan akhlaq.
E. FUNGSI DAN KEDUDUKAN AL-QUR’AN
Dari sudut
subtansinya, fungsi Al-Qur’an sebagaimana tersurat nama-namanya dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Al-Huda (petunjuk),
Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi al-Qur'an sebagai
petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, al-Qur'an adalah
petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang
beriman.4
b. Al-Furqon (pemisah),
Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk membedakan dan bahkan
memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar dan yang
salah.
c. Al-Asyifa (obat).
Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi
penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah
penyakit Psikologis)
d. Al-Mau’izah
(nasihat), Didalam Al-Qur’an di katakan
bahwa ia berfungsi sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa
2. Fungsi Al-Qur’an di lihat dari realitas kehidupan manusia
a. Al-Qur’an sebagai
petunjuk jalan yang lurus bagi kehidupan manusia
b. Al-Qur’an sebagai
mukjizat bagi Rasulallah SAW.5
c. Al-Qur’an menjelaskan
kepribadian manusia dan ciri-ciri umum yang membedakannya dari makhluk lain6
d. Al-Qur’an sebagai
korektor dan penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya
e. Menjelaskan kepada
manusia tentang masalah yang pernah di perselisikan
umat Islam terdahulu
f. Al-Qur’an berfungsi
Memantapkan Iman
g. Tuntunan dan hukum
untuk menempuh kehiduapan
KEDUDUKAN
AL-QU’AN DALAM ISLAM
1. Al-Qur’an
sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman
Disiplin
ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an di antaranya yaitu:
a. Ilmu Tauhid (Teologi)
b. Ilmu Hukum
c. Ilmu Tasawuf
d. Ilmu Filasafat Islam
e. Ilmu Sejarah Islam
f. Ilmu Pendidikan Islam
2. Al-Quran
sebagai Wahyu Allah SWT yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu
Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau
pikiran Nabi.
3. Kitabul
Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, Al-Qur’an merupakan khabar yang di
bawah nabi yang datang dari Allah dan di sebarkan kepada manusia.
4. Minhajul
Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim menjadikan Al-Qur’an
sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di hadapi.
5. Sebagai
salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada zaman rasulallah dan
masuknya orang-orang sekarang dan yang akan datang.
6. Al-Quran
sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, Al-Qur’an itu tidak akan terganti
oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber hukum, sumber ilmu
pengetahuan dan lain-lain.
7. Al-Qur’an
di nukil secara mutawattir artinya, Al-Qur’an disampaikan kepada orang
lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin
bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya
tempat tinggal mereka.
8. Al-Qur’an
sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat Al-Qur’an sebagai sumber utama
dalam menetapkan hukum, dalam kata lain bahwa Al-Qur’an menempati posisi awal
dari tertib sumber hukum dalam berhujjah.
9. Al-Qur’an
di sampaikan kepada nabi Muhammad secara lisan artinya, baik lafaz ataupun maknanya
dari Allah SWT.
10. Al-Qur’an
termaktub dalam Mushaf, artinya bahwa setiap wahyu Allah yang lafaz dan
maknanya berasal dari-Nya itu termaktub dalam Mushaf (telah di bukukan).
11. agama
islam datang dengan al qur'annya membuka lebar-lebar mata manusia agar mereka
manyadari jati diri dan hakikat hidup di muka bumi.
F.
HIKMAH
DITURUNKANNYA AL-QUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
1. Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu ‘AlaihiwaSallam .Firman-Nya:“Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya adan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
2. Untukmenantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an karenamenurutmerekaanehkalaukitabsuciditurunkansecaraberangsur-angsur. Denganbegitu Allah menantangmerekauntukmembuatsatusuratsaja yang (takperlumelebihi) sebandingdengannya. Dan ternyatamerekatidaksanggupmembuatsatusuratsaja yang seperti Qur’an, apalagimembuatlangsungsatukitab.
3. Supaya mudah dihapal dan dipahami.
4. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerimaAl- Qur’an dan giat mengamalkannya.
5. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan satu hukum.
1. Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu ‘AlaihiwaSallam .Firman-Nya:“Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya adan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
2. Untukmenantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an karenamenurutmerekaanehkalaukitabsuciditurunkansecaraberangsur-angsur. Denganbegitu Allah menantangmerekauntukmembuatsatusuratsaja yang (takperlumelebihi) sebandingdengannya. Dan ternyatamerekatidaksanggupmembuatsatusuratsaja yang seperti Qur’an, apalagimembuatlangsungsatukitab.
3. Supaya mudah dihapal dan dipahami.
4. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerimaAl- Qur’an dan giat mengamalkannya.
5. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan satu hukum.
Daftar
Pustaka
- http://abdullahqiso.blogspot.co.id/2013/12/fungsi-dan-kedudukan-al-quran-dalam.html
- buku Sejarah Al Quran 2008, Nur Faizah Hal 59-62 , dan 62-70.
- buku Sejarah Al Quran 2008, Nur Faizah Hal 59-62 , dan 62-70.
- membumikan Alquran 2007 , M.Quraisih Shihab, MIZAN hal 57.