JODHA
SAYANG PADAKU
Aku sangat
membencinya, aku tidak pernah menyukainya sedikit pun.
Karena semenjak dia lahir, dia ambil semuanya dariku. Papa,mama, kakek, dan
nenek. Seluruh perhatian semua orang terpusat pada Jodha, ya Jodha adalah
adikku, umurnya beda 3 tahun denganku. Sekarang umurku 19tahun dan Jodha 16
tahun.
Apa karena dia anak terakhir, jadi dia selalu dimanja oleh semua orang? Setiap perkataannya selalu didengarkan oleh
papa, mama, kakek, dan nenek. Sedangkan aku, baru saja mulai bicara mereka
tidak mau mendengarkannya, banyak sekali alasan mereka untuk tidak
mendengarkanaku.
Jodha selalu dimanjakan oleh papa dan mama, semua yang menjadi keinginan Jodha
selalu dipenuhi, ya meskipun dia tidak terlalu banyak meminta, tapi setidaknya
papa dan mama tidak pernah menolak untuk memberikan apa yang Jodha mau.
Oh
sial, pagi ini aku bangun terlalu siang. Aku ada ulangan jam 8, bagaimana aku
bisa ke kampus dengan cepat. Yang lebih membuatku kesal adalah papa dan Jodha
sudah berangkat lebih awal, tanpa mereka mengajakku atau membangunkan aku. Aku
sungguh muak dengan hari ini. Dikampus aku memang terkenal sebagai orang yang
santai, ramah, baik, dan pintar. Tapi ketika dirumah, semua itu berubah. Aku
dikenal sebagai anak yang pendiam, selalu mengurung diri dikamar, dan selalu
marah-marah. Tapi terserah apa tanggapan mereka tentang diriku.
Hari ini sungguh melelahkan dan membuatku stres, aku coba menenagkan diri
dikamar dengan menonton film di laptopku. Tiba-tiba Jodha datang ke kamarku,
entah apa yang ingin dia lakukan.
“Selamat
sore ka, lagi apa nih?”, tanya Jodha sambil menghampiriku.
“Kamu
lihatnya aku lagi apa? Ada apa kamu kesini?”, tanyaku sinis.
“Aku
cuma mau berduaan sama kakak, boleh kan? Malem ini, aku boleh enggak tidur sama
kakak?”
“Oh,
gak boleh. Kamu kan punya kamar sendiri, tidur aja dikamar kamu. Kecuali kalau
kamar kamu ada masalah baru kamu b oleh tidur disini”
“Iya
kak, kamarku ada masalah. Kamarku bocor, besok papa mau panggil tukang untuk
benerin atapnya. Jadi malem ini bolehkan aku tidur sama kakak?”
“Ya ya
ya... Terserah”
“Horee,
aku tidur sama kakak.. Yuuhuuu”, teriaknya gembira.
Semalaman
aku akan tidur bersamanya, oh Tuhan semoga penderitaanku ini segera berakhir.
Dengan senangnya Jodha masuk ke kamarku dengan membawa tas sekolahnya, laptop
dan boneka kesayangannya. Jujur saja, aku sangat tidak suka dengan boneka nya
Jodha.
Selama dia berada dikamarku, dia sibuk dengan PR nya. Ya itu lebih baik,
daripada semalaman dia menggangguku. Tepat jam 8 kami pun turun kebawah untuk
makan malam.
Sekarang aku terpaksa harus berbicara dengan Jodha, karena aku disuruh nenek
untuk memanggilnya kebawah untuk makan malam.
Saat makan malam sudah selesai, aku mendengar pembicaraan antara papa dan
Jodha. Aku jadi penasaran apa yang sedang mereka bicarakan.
“Kamu
sekarang tidur dikamar kakakmu? Kenapa?”, tanya papa.
“Aku
bilang ke kakak kalu kamarku bocor, jadi aku menumpang dikamarnya untuk
sementara. Aku bilang kalau besok papa mau panggilin tukang buat benerin
atapnya”
“Emang
kamar kamu bocor?”, tanya papa, sepertinya papa
belum tau.
“Enggak
sih, itu cuma alasan biar aku bisa tidur berdua sama kakak. Papa tau kan selama
ini aku gak pernah tidur sekamar sama kakak?”, kata Jodha.
“Kamu
ini bisa aja”.
Ternyata
dia bohong, tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur memindahkan
barang-barang keperluan sekolahnya ke kamarku. Untuk malam ini aku bisa
memakluminya, tapi lihat saja nanti jika dia membohongiku lagi.
Jodha
membangunkanku pagi-pagi sekali, tapi biarlah jika dia tidak membangunkan aku
pasti aku akan terlamabat lagi seperti kemarin, dan hampir saja tidak boleh
ikut ujian.
Setelah mandi dan sarapan aku, papa, dan Jodha berangkat. Jodha masih kelas 2
SMA, dan papa bekerja sebagai dosen disalah satu Universitas.
Dikampus aku mendapat beasiswa untuk 1 tahun, aku mendapat beasiswa karena aku
cukup berprestasi dikampus. Setidaknya aku bisa meringankan bebean orang tuaku.
Aku mengambil jurusan Multimedia, dan sekarang aku sudah semester 3.
Saat
aku pulang dari kampus, rumah sepi sekali. Tidak ada orang dirumah. Aku coba
menelfon mama.
“Mama, kenapa dirumah enggak
ada orang. Semuanya pada kemana?”
“Kami lagi ada dirumah sakit”,
kata mama sambil menangis.
Aku langsung
menyusul mama kerumah sakit.
Ternyata
Jodha yang sakit. Kata mama, Jodha mengalami kecelakaan, dia jatuh dari tangga
disekolahnya. Dan kata dokter, kaki Jodha tidak bisa digerakkan Jodha mengalami
kelumpuhan, dia tidak bisa berjalan. Jodha harus melakukan kemoteraphy supaya
dia bisa berjalan lagi.
Sebenarnya hatiku menangis, tapi aku tidak membiarkan mataku untuk menitihkan
air mata.Aku tetap bersikap seolah tidak peduli pada Jodha.
Tapi aku sangat kagum pada Jodha, dia tidak frustasi seperti orang-orang pada
umumnya. Dia menerima semua ini dengan ikhlas. Dan saat aku ingin meninggalkan
Jodha dari ruangannya, Jodha memanggilku.
“Kakak, jangan pulang dulu.
Kakak mau kan jagain aku. Hari ini aja, besok kan kakak libur kuliahnya”, rayu
nya.
“Maaf, kakak lagi banyak tugas.
Lagian kan ada mama sama nenek yang jagain kamu disini”
“Tapi kak, aku mau kakak yang
jagain aku. Kakak sayang kan sama aku?”
“Enggak, aku gak pernah sayang
sama kamu. Malah aku gak pernah suka sama kamu. Soalnya kamu udah ngambil
semuanya dari aku, kamu ambil perhatian mama, papa, kakek sama nenek. Kamu juga
yang udah ngerebut kasih sayang mereka yang seharusnya untuk aku. Apa kamu
masih belum cukup puas? Dan sekarang kamu suruh aku buat jagain kamu disini?
Paling-paling kamu mau pamerin kasih sayang mama sama nenek ke kamu. Iya kan?”,
aku bicara
dengan nada tinggi sampai-sampai mama dan nenek yang sedang di depan ruangan
mendengarnya dan masuk ke ruangan Jodha.
“Ada apa ini, kenapa
ribut-ribut?”, tanya nenek padaku.
“Enggak ada apa-apa ko nek, aku
harus buru-buru pulang. Aku lagi banyak tugas”
Aku langsung
meninggalkan ruangan, dan Jodha yang masih menangis karena perkataanku tadi.
Aku
tidak peduli. Memang benar itu kenyataan nya, dan semoga setelah kejadian itu,
Jodha sadar kalau dia sudah mengambil semua nya dariku.
Sudah 5 hari Jodha dirumah sakit, aku
dengar dia sudah mulai belajar berjalan sedikit demi sedikit. Bagus lah.
Dan dokter juga sudah memperbolehkan Jodha pulang. Saat Jodha, mama, dan papa
sudah pulang dari rumah sakit, mama memintaku untuk menemani Jodha yang berada
dikursi roda itu ke kamarnya. Dan tentu saja aku langsung menolaknya, meskipun
sebenarnya aku ingin sekali menemani Jodha dan meminta maaf padanya. Tapi
seharusnya dia yang meminta maaf padaku, karena dia sudah mengambil semua nya
dariku.
Aku langsung masuk ke kamar, dan mengunci pintu. Karena aku tidak mau Jodha
masuk ke kamarku. Saat aku dikamar, aku mendengar suara teriakan Jodha. Aku
langsung berlari menuju kamar Jodha, tapi Jodha tidak ada dikamarnya. Dan
ketika aku menuruni tangga, aku melihat Jodha tergeletak dilantai bawah.
Sepertinya Jodha terjatuh. Saat papa memeriksa kondisi Jodha, ternyata Jodha
sudah tidak bernafas lagi dan sudah tidak ada denyut nadinya, Jodha sudah
meninggal. Aku sangat sedih sekali, aku merasa bersalah padanya. Setelah 7 hari
Jodha meninggal, aku memutuskan untuk pindah ke kamar Jodha, dan aku menemukan
sebuah buku. Tepat sekali halaman yang aku buka adalah halaman terakhir Jodha
menulis di buku itu.
Dan sekarang aku tau betapa Jodha menyayangiku, aku sangat menyesal telah
menyia-nyiakan adik sebaik Jodha, yang mungkin orang lain tidak punya.
Aku hanya berkata dalam hati “maafin kakak, kakak gak bisa jadi kakak yang baik
untuk kamu, Jodha”.
JUWTA
DESI DWI RAHAYU HERRY SAPUTRI