Wednesday, December 24, 2014

Cerpen

CERITAKU

                Ini kisah tentang aku dan sahabatku. Kami berdua begitu dekat seperti adik dan kakak. Aku mengenalnya saat aku sadang menghabiskan liburan sekolahku di rumah kakek dan nenek, tepatnya di daerah Bandung.
Dia adalah tetangga nenek dan kakek. Rumahnya pun berhadap-hadapan dengan rumah kakek dan nenekku.
Oh iya, namaku Rohit Sharma. Kalian  bisa mamanggilku Rohit. Dan sahabatku bernama Rani Singh, aku biasa memanggilnya Rani, ya.. Rani yang cantik.
Menurutku dia sosok yang mengagumkan. Dia cantik, baik, dan pintar. Apa yang kurang dari nya? Menurutku tidak ada. Semuanya ada pada dirinya.
Dan mungkin juga kebahagiaanku pun ada pada dirinya saat itu.
Kami berdua berkenalan seperti anak kecil, dan perkenalan itu masih ku ingat sampai saat ini.
Aku : Hai, namaku Rohit. Nama kamu siapa?
Rani: Aku Rani. (Rani tersipu malu saat memperkenalkan dirinya padaku)
Aku : Kamu kelas berapa Rani?
Rani: Aku kelas 6, kalo kamu Rohit?
Aku : Sama sepertimu. Kamu tidak pergi berlibur?
Rani: Berlibur kemana? Semua keluargaku ada disini.
Aku : Semua?
Rani: Iya, semua. Paman, bibi, kakek, nenek-nenekku, dan sodara-sodaraku.
Aku : Wah ramai sekali ya kalau begitu?
Rani: Iya (sambil tersenyum padaku)
Aku : Rani, mau berteman denganku? (aku mengulurkan tanganku pada Rani)
Rani: Tentu saja, kenapa tidak
(kami berdua tertawa bersama)
          Semakin hari, semakin dekat saja antara aku dan Rani. Kami selalu menghabiskan waktu berdua. Rani selalu mengajakku ke tempat-tempat yang belum aku ketahui di daerah tempat tinggal kakek dan nenekku.
Rani mengajakku ke sungai, sawah, dan masih banyak tempat-tempat menakjubkan yang dia tunjukan padaku. Hingga tak terasa tiba waktunya aku, ayah, dan ibu pulang.
Aku pun menyempatkan berpamitan pada Rani
Aku : Rani, aku pulang dulu ya. Semoga pada liburan yang akan datang kita bisa
          bertemu lagi.
Rani: Aku harap kamu tidak melupakan aku, dan kamu akan kesini lagi.
Aku : Pasti aku kesini lagi. Aku janji Rani. Aku akan kesini lagi untuk menemui
          mu.
Selama dirumah, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku sering melamunkan Rani. Dan hanya Rani saja yang aku pikirkan.
Setelah beberapa bulan kemudian, libur kenaikan kelas pun tiba. Aku mengunjungi rumah kakek dan nenek di Bandung, dan aku berharap bisa bertemu Rani lagi.
Dan setiap libur sekolah, aku bisa bertemu dengan Rani, aku bisa bermain dengan Rani, dan aku pun bisa menghabiskan waktuku dengannya,
Tak ada waktu liburanku yang terbuang percuma. Semuanya aku habiskan bersama Sahabatku, Rani.
     Ketika kami sudah beranjak remaja, tepatnya ketika kami sudah kelas 3 SMA, dan saat itu usia kami baru 17 Tahun. Aku mulai menyukai Rani, dan sepertinya Rani juga menyukaiku, aku sadar akan hubungan diantara kami berdua. Ini lebih dari sekedar sahabat, ini adalah cinta.
Saat itu juga terpikirkan olehku untuk mengungkapkan perasaanku ini pada Rani. Aku menulis beberapa puisi untuk Rani. Aku berharap Rani suka. Dan ketika liburan semester ganjil kelas 3, seperti biasa, kami semua ke Bandung. Setelah sampai di Bandung, aku segera menghampiri rumah Rani. Tapi tidak ada Rani di sana.
Lalu ibu nya pun menghampiriku dengan wajah yang sedih
Ibu Rani: Nak Rohit, sekarang nak Rohit tidak bisa bermain lagi denga
          Rani.
          Bahkan untuk bertemu saja nak Rohit sudah tidak bisa
Aku     : Memang nya kenapa tante? Rani kenapa? Rani lagi sakit ya?
Ibu Rani: Bukan. Tapi Rani sudah meninggal. Rani meninggal karena bus
          yang ditumpangi nya saat Study Tour masuk ke jurang.
(Aku langsung pergi dari rumah Rani, aku lari sekenang mungkin. Aku lari ke danau tempat aku dan Rani menghabiskan waktu)
Bagaimana bisa terjadi secepat ini Tuhan. Kenapa kau mengambilnya dariku secepat ini? Apa tidak ada kesempatan bagiku untuk mengatakan padanya bahwa aku sangat mencintainya?
Aku segera mengunjungi makam Rani. Setelah itu aku memutuska untuk pulang ke rumah kakek dan nenek. Disana aku hanya diam di kamar, aku tidak mau makan sama sekali. Aku tidak ingin apa pun saat ini. Aku hanya ingin sendiri. Ayah dan ibu yang biasa nya khawatir jika aku diam terus dikamar, sekarang mereka membiarkan aku mengurung diri di kamar.
Mungkin mereka mengerti apa yang aku rasakan saat ini, kehilangan sahabat sekaligus cinta.
Hingga akhirnya, kami sekeluarga memutuskan untuk pulang.
Tidak ada perubahan apa pun dari sikapku, aku hanya mengurung diri dikamar.
Aku hanya memikirkan Rani, aku masih tidak menyangka bahwa dia akan meninggalkan aku secepat ini.

     Sampai sekarang aku masih suka berkunjung ke makam Rani, aku selau mendoakan nya.
Sampai sekarang tidak ada gadis lain yang aku cintai selain Rani, meskipun dia sudah tidak ada.
Sosok Rani pun tidak akan pernah terganti oleh siapa pun, karena tidak ada lagi orang seperti Rani.



















JUWITA DESI DWI RAHAYU HERRY SAPUTRI


No comments :

Post a Comment