Monday, May 18, 2015

Cerpen

JODHA SAYANG PADAKU

Aku sangat membencinya, aku tidak pernah menyukainya sedikit pun.
Karena semenjak dia lahir, dia ambil semuanya dariku. Papa,mama, kakek, dan nenek. Seluruh perhatian semua orang terpusat pada Jodha, ya Jodha adalah adikku, umurnya beda 3 tahun denganku. Sekarang umurku 19tahun dan Jodha 16 tahun.
Apa karena dia anak terakhir, jadi dia selalu dimanja oleh semua orang?  Setiap perkataannya selalu didengarkan oleh papa, mama, kakek, dan nenek. Sedangkan aku, baru saja mulai bicara mereka tidak mau mendengarkannya, banyak sekali alasan mereka untuk tidak mendengarkanaku.
Jodha selalu dimanjakan oleh papa dan mama, semua yang menjadi keinginan Jodha selalu dipenuhi, ya meskipun dia tidak terlalu banyak meminta, tapi setidaknya papa dan mama tidak pernah menolak untuk memberikan apa yang Jodha mau.
          Oh sial, pagi ini aku bangun terlalu siang. Aku ada ulangan jam 8, bagaimana aku bisa ke kampus dengan cepat. Yang lebih membuatku kesal adalah papa dan Jodha sudah berangkat lebih awal, tanpa mereka mengajakku atau membangunkan aku. Aku sungguh muak dengan hari ini. Dikampus aku memang terkenal sebagai orang yang santai, ramah, baik, dan pintar. Tapi ketika dirumah, semua itu berubah. Aku dikenal sebagai anak yang pendiam, selalu mengurung diri dikamar, dan selalu marah-marah. Tapi terserah apa tanggapan mereka tentang diriku.
Hari ini sungguh melelahkan dan membuatku stres, aku coba menenagkan diri dikamar dengan menonton film di laptopku. Tiba-tiba Jodha datang ke kamarku, entah apa yang ingin dia lakukan.
“Selamat sore ka, lagi apa nih?”, tanya Jodha sambil menghampiriku.
“Kamu lihatnya aku lagi apa? Ada apa kamu kesini?”, tanyaku sinis.
“Aku cuma mau berduaan sama kakak, boleh kan? Malem ini, aku boleh enggak tidur sama kakak?”
“Oh, gak boleh. Kamu kan punya kamar sendiri, tidur aja dikamar kamu. Kecuali kalau kamar kamu ada masalah baru kamu b oleh tidur disini”
“Iya kak, kamarku ada masalah. Kamarku bocor, besok papa mau panggil tukang untuk benerin atapnya. Jadi malem ini bolehkan aku tidur sama kakak?”
“Ya ya ya... Terserah”
“Horee, aku tidur sama kakak.. Yuuhuuu”, teriaknya gembira.
Semalaman aku akan tidur bersamanya, oh Tuhan semoga penderitaanku ini segera berakhir.
Dengan senangnya Jodha masuk ke kamarku dengan membawa tas sekolahnya, laptop dan boneka kesayangannya. Jujur saja, aku sangat tidak suka dengan boneka nya Jodha.
Selama dia berada dikamarku, dia sibuk dengan PR nya. Ya itu lebih baik, daripada semalaman dia menggangguku. Tepat jam 8 kami pun turun kebawah untuk makan malam.
Sekarang aku terpaksa harus berbicara dengan Jodha, karena aku disuruh nenek untuk memanggilnya kebawah untuk makan malam.
Saat makan malam sudah selesai, aku mendengar pembicaraan antara papa dan Jodha. Aku jadi penasaran apa yang sedang mereka bicarakan.
“Kamu sekarang tidur dikamar kakakmu? Kenapa?”, tanya papa.
“Aku bilang ke kakak kalu kamarku bocor, jadi aku menumpang dikamarnya untuk sementara. Aku bilang kalau besok papa mau panggilin tukang buat benerin atapnya”
“Emang kamar kamu bocor?”, tanya papa, sepertinya papa  belum tau.
“Enggak sih, itu cuma alasan biar aku bisa tidur berdua sama kakak. Papa tau kan selama ini aku gak pernah tidur sekamar sama kakak?”, kata Jodha.
“Kamu ini bisa aja”.
Ternyata dia bohong, tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur memindahkan barang-barang keperluan sekolahnya ke kamarku. Untuk malam ini aku bisa memakluminya, tapi lihat saja nanti jika dia membohongiku lagi.
          Jodha membangunkanku pagi-pagi sekali, tapi biarlah jika dia tidak membangunkan aku pasti aku akan terlamabat lagi seperti kemarin, dan hampir saja tidak boleh ikut ujian.
Setelah mandi dan sarapan aku, papa, dan Jodha berangkat. Jodha masih kelas 2 SMA, dan papa bekerja sebagai dosen disalah satu Universitas.
Dikampus aku mendapat beasiswa untuk 1 tahun, aku mendapat beasiswa karena aku cukup berprestasi dikampus. Setidaknya aku bisa meringankan bebean orang tuaku. Aku mengambil jurusan Multimedia, dan sekarang aku sudah semester 3.
          Saat aku pulang dari kampus, rumah sepi sekali. Tidak ada orang dirumah. Aku coba menelfon mama.
“Mama, kenapa dirumah enggak ada orang. Semuanya pada kemana?”
“Kami lagi ada dirumah sakit”, kata mama sambil menangis.
Aku langsung menyusul mama kerumah sakit.
          Ternyata Jodha yang sakit. Kata mama, Jodha mengalami kecelakaan, dia jatuh dari tangga disekolahnya. Dan kata dokter, kaki Jodha tidak bisa digerakkan Jodha mengalami kelumpuhan, dia tidak bisa berjalan. Jodha harus melakukan kemoteraphy supaya dia bisa berjalan lagi.
Sebenarnya hatiku menangis, tapi aku tidak membiarkan mataku untuk menitihkan air mata.Aku tetap bersikap seolah tidak peduli pada Jodha.
Tapi aku sangat kagum pada Jodha, dia tidak frustasi seperti orang-orang pada umumnya. Dia menerima semua ini dengan ikhlas. Dan saat aku ingin meninggalkan Jodha dari ruangannya, Jodha memanggilku.
“Kakak, jangan pulang dulu. Kakak mau kan jagain aku. Hari ini aja, besok kan kakak libur kuliahnya”, rayu nya.
“Maaf, kakak lagi banyak tugas. Lagian kan ada mama sama nenek yang jagain kamu disini”
“Tapi kak, aku mau kakak yang jagain aku. Kakak sayang kan sama aku?”
“Enggak, aku gak pernah sayang sama kamu. Malah aku gak pernah suka sama kamu. Soalnya kamu udah ngambil semuanya dari aku, kamu ambil perhatian mama, papa, kakek sama nenek. Kamu juga yang udah ngerebut kasih sayang mereka yang seharusnya untuk aku. Apa kamu masih belum cukup puas? Dan sekarang kamu suruh aku buat jagain kamu disini? Paling-paling kamu mau pamerin kasih sayang mama sama nenek ke kamu. Iya kan?”, aku bicara dengan nada tinggi sampai-sampai mama dan nenek yang sedang di depan ruangan mendengarnya dan masuk ke ruangan Jodha.
“Ada apa ini, kenapa ribut-ribut?”, tanya nenek padaku.
“Enggak ada apa-apa ko nek, aku harus buru-buru pulang. Aku lagi banyak tugas”
Aku langsung meninggalkan ruangan, dan Jodha yang masih menangis karena perkataanku tadi.
Aku tidak peduli. Memang benar itu kenyataan nya, dan semoga setelah kejadian itu, Jodha sadar kalau dia sudah mengambil semua nya dariku.
          Sudah 5 hari Jodha dirumah sakit, aku dengar dia sudah mulai belajar berjalan sedikit demi sedikit. Bagus lah.
Dan dokter juga sudah memperbolehkan Jodha pulang. Saat Jodha, mama, dan papa sudah pulang dari rumah sakit, mama memintaku untuk menemani Jodha yang berada dikursi roda itu ke kamarnya. Dan tentu saja aku langsung menolaknya, meskipun sebenarnya aku ingin sekali menemani Jodha dan meminta maaf padanya. Tapi seharusnya dia yang meminta maaf padaku, karena dia sudah mengambil semua nya dariku.
Aku langsung masuk ke kamar, dan mengunci pintu. Karena aku tidak mau Jodha masuk ke kamarku. Saat aku dikamar, aku mendengar suara teriakan Jodha. Aku langsung berlari menuju kamar Jodha, tapi Jodha tidak ada dikamarnya. Dan ketika aku menuruni tangga, aku melihat Jodha tergeletak dilantai bawah. Sepertinya Jodha terjatuh. Saat papa memeriksa kondisi Jodha, ternyata Jodha sudah tidak bernafas lagi dan sudah tidak ada denyut nadinya, Jodha sudah meninggal. Aku sangat sedih sekali, aku merasa bersalah padanya. Setelah 7 hari Jodha meninggal, aku memutuskan untuk pindah ke kamar Jodha, dan aku menemukan sebuah buku. Tepat sekali halaman yang aku buka adalah halaman terakhir Jodha menulis di buku itu.




Dan sekarang aku tau betapa Jodha menyayangiku, aku sangat menyesal telah menyia-nyiakan adik sebaik Jodha, yang mungkin orang lain tidak punya.
Aku hanya berkata dalam hati “maafin kakak, kakak gak bisa jadi kakak yang baik untuk kamu, Jodha”.


JUWTA DESI DWI RAHAYU HERRY SAPUTRI

No comments :

Post a Comment