Saturday, February 14, 2015

Cerpen-Pemenang



PEMENANG

      Hari ini aku akan menceritakan kisahku. Nama lengkapku Ayu Siwi Ratri.
Dulu aku adalah anak yang malas belajar. Jangankan untuk belajar, menyiapkan buku atau memasukan buku ke dalam tas pun aku malas. Aku memang ingin bersekolah, tapi bukan untuk belajar melainkan untuk bergaya. Disekolah, aku punya gank. Gank ku terdiri dari 5 orang, Lusi, Diana, Maria, Nada, dan aku. Kami berlima sangat hobby shopping. Sampai-sampai anak-anak satu sekolah menjuluki kami berlima shoppaholic. Setiap pulang sekolah aku dan anggota gank ku selalu mampir ke mall untuk belanja, dan tentu saja uang yang kami pakai adalah uang orang tua kami. Saat itu aku tidak peduli berapa banyak uang yang aku pakai untuk belanja. Karena aku berpikir uang orang tua ku tidak akan habis sampai tujuh turunan, haha..
Disekolah aku tidak pernah memperhatikan pelajaran, bahkan saat ulangan pun aku tidak peduli. Mau bisa atau pun tidak, aku sama sekali tidak peduli.
Kebiasaan buruk itu masih aku lanjutkan dikelas 2 SMA.
Sudah berkali-kali orang tua ku dipanggil untuk menghadap kepala sekolah karena nilai-nilaiku yang jelek. Dan sudah berkali-kali juga, orang tua ku menasehatiku untuk belajar, belajar dan belajar. Tapi aku tidak pernah mendengarkannya.
          Orang tua ku mencoba memasukkanku ke beberapa tempat les, tapi aku tidak pernah masuk apalagi mengikuti pelajarannya. Lebih baik aku menghabiskan waktu bersama anggota gank ku ke mall.
Disekolah kami hanya mementingkan penampilan saja, termasuk aku. Meskipun kami satu gank, tapi aku tidak ingin ada satu orang pun yang menyaingi penampilanku.
Aku ingin penampilanku lah yang paling OK diantara siswa lainnya, termasuk anggota gank ku.
Aku tidak mau ada yang menyaingi aku dalam hal penampilan.
Ya untung saja memang tidak ada yang menyaingi aku, termasuk anggota gank ku.
Sempat beberapakali dan beberapa guru bahkan kepala sekolah menegur penampilanku, aku masih ingat saat seorang guru BK (Bimbingan Konseling) menegurku.

“Ayu, saya kan sudah bilang kalau disekolah kamu tidak boleh berdandan berlebihan seperti ini. Itu melanggar peraturan sekolah namanya”, dengan nada tinggi.
“Iya bu”
“Kamu ini dari kelas satu sampai sekarang kelas dua, cuma iya iya aja jawabannya. Tapi mana buktinya? Masih tetep gak ada perubahan kan?”
“Iya bu, mulai besok saya gak akan kaya gini lagi”
“Bagus!”
Aku berkata seperti itu hanya karena aku ingin ibu guru itu pergi meninggalkanku.
Tapi tetap saja, keesokan harinya aku berdandan seperti biasa, memakai hiasan kuku, makeup, dan aksesoris yang berlebihan, yang seharusnya tidak pantas dipakai ke sekolah. Tapi itu lah aku. Selalu mementingkan penampilan.
Tanpa peduli apa kata orang tentang diriku.
         Hingga akhirnya aku kelas 3, aku mulai berpikir untuk masa depanku. Aku berpikir tentang UN (Ujian Negara). Aku sudah berpikir bahwa aku tidak akan lulus dari sekolah ini, dan aku akan mengulang kembali tahun depan.
Oh my god
, sangat memalukan sekali jika aku tidak lulus. Tapi tidak mungkin juga aku belajar sendiri tanpa ada yang mengajariku. Dan tidak mungkin juga aku mengikuti les, karena aku malu. Aku tidak bisa apa-apa dibanding mereka yang bodoh sekali pun.
Huft
, aku memang payah.
Hingga suatu hari aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa mendapat juara dikelasku. Meski pun kedengarannya mustahil bagiku, tapi aku yakin aku bisa.
Sempat aku membuat daftar untuk langkah awalku menjadi anak yang giat belajar.

 

Semoga saja aku bisa memenuhi semua daftarku itu.
Mulai dari yang pertama, berhenti shopping. Hampir setiap hari aku menolak ajakan teman-teman gank ku ntuk shopping dengan alasan yang berbeda, samapai-sampai Maria meledekku.
“Kamu kenapa sih gak pernah ikut shopping lagi sama kita-kita? Ortu kamu bangkrut ya? Hahaha”, Maria sangat senang sekali mengejekku.
“Enak aja, mana ada otu aku bangkrut. Aku Cuma males aja belanja. Lagi pula buang-buang waktu”, kata ku sambil meninggalkan Maria.

          Aku tidak terlalu memikirkan apa yang Maria katakan, dan langkah pertama sudah berhasil.
Lanjut ke langkah kedua, yaitu mengurangi waktu bermain, dan pastinya semua ajakan anggota gank ku untuk bermain aku tolak, dengan berbagai alasan. Aku tidak peduli jika mereka marah padaku. Dan aku juga sempat bertengkar dengan Lusi gara-gara aku tidak mau lagi bermain bersama mereka.
“Ayu, kamu tuh kenapasih? Udah seminggu ini sikap kamu tuh beda banget”, kata Lusi sambil menatapku tajam.
“Maaf, bukannya aku gak mau berteman lagi sama kalian. Aku masih mau ko berteman sama kalian. Bukan nya kalian juga temanku? Ya tapi untuk sekarang, aku udah gak mau lagi shopping-shopping, buang-buang waktu untuk main, apa lagi itu semua kan gak bermanfaat Lus”
What?  Sejak kapan kamu peduli sama waktu?”
“Itu terserah kalian menanggapinya seperti apa. Tapi aku cuma mau jadi diri aku sendiri”, tegasku di depan Lusi
.
Langkah ketiga sudah otomatis aku lakukan. Dengan meninggalkan kebiasaan shoppingku, dan mengurangi waktu bermain dengan anggota gankku, aku sudah jarang bergaul dengan mereka.
Bahkan untuk bicara saja sudah jarang, tapi jika aku bertemu dengan mereka pasti aku selalu menyapanya, meski pun mereka tidak membalas sapaanku. Dan aku sudah terbiasa dengan semua itu. Rasanya separuh dari kebiasaan burukku sudah hilang.
Aku lanjutkan langkah keempat, mendekatkan diriku kepada Allah SWT. Jujur saja, semenjak aku mengenal mereka aku jadi tidak pernah sholat apa lagi mengaji. Aku merasa malu sekali pada diriku, aku telah membuat dosa yang besar dengan meninggalkan kewajibanku sebagai Muslimah.
Dan mulai sekarang aku akan merubah semuanya, dimulai pada pagi hari aku bangun lebih awal, yaitu pukul 04:30. Aku bangun tidur langsung mengambil wudhu dan meaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibanku sebagai Muslim. Ke sekolah aku juga membawa mukena untuk sholat di mushola sekolah. Lusi, Maria, Diana, dan Nada mentertawakanku saat aku keluar kelas dengan membawa mukena, dan aku juga masih ingat apa yang mereka katakan padaku.
“OMG, sejak kapan dia Sholat? Emang dia tau caranya Sholat? Hahaha,” Maria terbahak-bahak mentertawakanku.
“Kalian kenapa sih? Emang salah ya kalau aku Sholat? Apa kalian juga mau ikut Sholat?”, ajakku.
“Iuh, ogah banget. Ntar kalo udah tua aja Sholatnya”, sinis Nada padaku.
“Ya ampun, ko kamu gitu banget sih Nada?”
“Emang kenapa? Masalah buat loe?”, balas Nada.
Aku meninggalkan mereka dan menuju ke mushola untuk Sholat Dzuhur. Aku tidak peduli apa yang mereka katakan tadi. Karena aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.
Sudah seminggu lebih aku selalu melaksanakan Sholat, dan langkah keempat sudah aku jalankan.
Selanjutnya langkah kelima pun aku lakukan. Saat itu aku baru mulai berpikir tentang orang tuaku, tentang papa dan mama ku yang bekerja keras untuk menyekolahkanku. Dan aku tau mereka pasti mengharapkan aku berprestasi disekolah. Tapi apa yang aku lakukan? Aku hanya bisa menghabiskan uang nya saja dengan membeli barang-barang yang tidak penting, spa disalon, dan banyak hal yang membuatku menghanbur-hamburkan uang.
Aku mulai berpikir kritis tentang orang tuaku, meski pun papaku bekerja sebagai akuntan disalah satu bank, dan ibuku seorang pembawa acara berita disalah satu stasiun televisi, tapi pekerjaan mereka tidaklah mudah. Papaku harus lembur setiap akhir bulan karena bank akan tutup buku. Betapa aku tidak memikirkan papaku yang bekerja dari pagi smapai pagi lagi hanya untuk sesuap nasi. Ya Allah, aku merasa bersalah sekali pada mereka berdua. Dari situ aku mulai memperhatikan mereka, setiap sore aku selalu membuatkan makanan untuk mama dan papa. Itu sudah menjadi kebiasaanku dirumah. Mama dan papa pun sangat terkejut melihat perubahanku. Tapi mama dan papa juga bangga dengan perubahan sikapku.
Aku akan terus seperti ini, akan terus peduli dan perhatian kepada mama dan papa.
          Sudah menuju akhir, langkah keenam pun berjalan.
Aku mulai belajar mandiri dalam segala hal, dari mulai mencuci baju, mencuci sepatu, mencuci tas, membereskan kamar, merapihkan rumah, mengerjakan PR, semua nya aku lakukan sendiri. Meskipun ada beberapahal yang sulit, aku mencoba minta bantuan kepada mama. Mama mengajariku semuanya, dan aku sekarang merasakan betapa capeknya mama membereskan rumah sendirian. Dan sekarang mama tidak perlu repot-repot untuk merapihkan rumah, mencuci baju-bajuku, mencuci sepatu-sepatuku, dan semuanya, termasuk memasak. Aku selalu bangun jam 4 subuh, aku menyempatkan untuk merapihkan tempat tidur, membersihkan isi rumah dan memasak. Aku tidak mau kalau sampai mama yang mengerjakan semua pekerjaan berat itu, karena aku tau mama sudah penat dengan pekerjaannya.
Langkah terakhir, aku sudah terbiasa dengan semua daftar yang aku buat sendiri. Dan aku tinggal fokus belajar untuk UN (Ujian Negara). Yaa.. walau pun aku masih semester V (lima), tapi apa salahnya jika aku belajar lebih giat.
Aku mempunyai target untuk kelulusanku. Pertama, aku akan memperbaiki semua nilai-nilaiku yang jeleknya gak ketulungan. Aku mulai belajar dengan serius, memperhatikan setiap perkataan guru dan mencoba berlatih dirumah.
Dan ketika ulangan harian Biologi aku mendapatkan nilai 8, itu pertama kalinya aku mendapat nilai 8 dalam pelajaran Biologi. Sebelumnya nilai ulangan Biologiku hanya 4 dan 5,6 saja. Aku sangat bersyukur sekali karena aku sudah mulai mengerti sedikit demi sedikit pelajaran Biologi. Dan ketika ulangan harian Matematika aku mendapatkan nilai 7, meskipun masih dibawah KKM, tapi ini lebih baik dibandingkan nilai ulangan harianku sebelumnya yang hanya mendapat nilai 3. Aku sangat senang dengan perkembanganku dalam belajar. Dan pada semester V (lima) ini aku mendapat peringkat ke 5. Dan pada semester VI (enam), aku mendapat peringkat ke 3.
Aku sangat banga dengan semua ini, karena selama aku masuk sekolah SMA, aku tidak pernah berprestasi bahkan tidak pernah mendapat peringkat.
Dan tiba saatnya Ujian Negara (UN), ada 4 mata pelajaran yang di uji kan, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA.
Semua soal UN sudah aku habisi, dan aku tinggal menunggu hasilnya saja.
Dan setelah itu, kelulusan pun diadakan dan kepala sekolah menyebutkan nama siswa-siswi yang mendapat nilai terbaik. Aku sangat terkejut ketika kepala sekola menyebut namaku sebagai juara ke 3. Aku, papa, dan mama sangat senang seklai, dan untuk pertama kali nya aku mendapat juara di sekolah ini.
Aku sangat sangat sangat tidak menduga semuanya akan menjadi lebih baik seperti in. Lalu aku memutuskan untuk kulian di jurusan HI (Hubungan Internasional) di Universitas Negeri di Bandung. Setelah aku masuk kuliah, banyak perubahan yang aku alami. Aku merasa aku berbeda dengan mahasiswa lainnya, aku merasa aku bisa menaklukkan semua matakuliah di jurusan ini. Dan aku bangga dengan diriku.


Pesan:
Jika kalian tidak bisa menjadi orang yang pintar, maka jadilah orang yang baik.

JUWITA DESI DWI RAHAYU HERRY SAPUTRI

No comments :

Post a Comment