Wednesday, February 18, 2015

Cerpen-Dua Bendera

DUA BENDERA

Pemandangan di pagi hari sangat indah ketika aku membuka jendela kamarku.
Mataku langsung tertuju pada sebuah candi yang bediri megah tepat didepanku. Candi yang banyak dikunjungi wisatawan, candi yang terkenal dengan legenda Ramayana nya. Tentu saja kalian sudah tau kan nama candinya,  ya Candi Prambanan.
Setiap hari minggu pagi aku selalu menyempatkan untuk olahraga lari disekitar Candi Prambanan, tentu saja aku tidak sendiri. Aku bersama dengan adikku Nandita Rai. Kami berdua selalu menghabiskan waktu berdua setiap libur sekolah, Nandita masih kelas 3 SMP dan sebentar lagi akan menghadapi ujian. Aku juga sama, aku kelas 3 SMA dan sebentar lagi aku juga akan menghadapi ujian.
Aku berharap aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan, begitu juga dengan Nandita, semoga dia lulus dengan nilai yang memuaskan dan bisa masuk ke SMA yang dia inginkan.
          Waktu perpisahan pun telah tiba, aku dan Nandita menghadiri acara perpisahan disekolah kami masing-masing. Aku dan Nandita pun lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan tentu saja kedua orang tua kami pun bangga pada kami, dan memberikan kami hadiah.
Aku tidak menyangka papa dan mama memberi kami berdua hadiah liburan ke  negara asalnya papa. Kami semua akan liburan ke India. Ini sudah tradisi, setiap satu tahun sekali kami sekeluarga pergi ke India. Disana ada kakek dan nenek dari papa, paman Vinay, bibi Rada, paman Pandu, bibi Neha, si kembar Nakula dan Sadewa, juga saudara perempuanku Kavita.
Aku sangat merindukan mereka, sudah satu tahun lebih aku tidak bertemu mereka. Meskipun aku tidak bertemu mereka, tapi aku sering menelefon mereka, bahkan kami lebih sering mengirim email pada Nakula, Sadewa, dan Kavita.
Dan rasanya aku tidak sabar untuk segera menemui mereka. Tapi aku baru bisa berangkat  4 hari lagi, karena mama harus mendaftarkan Nandita ke SMA.
          Sudah waktunya aku berangkat, aku tidak membawa baju terlalu banyak, karena baju-bajuku masih ada disana. Aku juga tidak lupa membawa kamera kesayanganku, karena aku akan memotret setiap moment bersama mereka. Setelah setengah jam kami menunggu di bandara, akhirnya pesawat yang kami tumpangi pun datang dan akan segera terbang ke India.
Oh sungguh tidak sabar untukku sampai ke India. Keluargaku tinggal di New Delhi, tepatnya di Jaipur. Meskipun hanya sebuah kota kecil, tapi penduduk disana sangatlah ramah. Aku juga punya teman disana, nama temanku Pooja dan Arjun. Kami bertiga berteman sejak kecil, mereka juga seumuran denganku.
Dan setelah satu hari perjalanan, akhirnya aku sampai juga di Bandara Indira Ghandi. Ternyata paman Pandu sudah siap untuk menjemput kami.
“Salam paman. Wah paman terlihat tampan sekali. Dimana bibi Neha (istri paman Pandu)?”
“Bibi mu tidak ikut, dia sedang sibuk mempersiapkan acara untuk menyambut kalian”
“Pandu, tidak usah repot-repot”, kata papa sambil menepuk pundak paman Pandu.
“Kakak, ini kan sudah tradisi. Ayo kita harus segera sampai kerumah. Karena kita akan melakukan sembahyang bersama”, kata paman Pandu sambil menggandeng papa.
Oh tidak, lagi-lagi sembahyang bersama. Aku malas sekali melakukannya. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi tradisi dikeluargaku.
Saat kami datang kerumah, kami disambut dengan iringan musik dan nyanyian dengan suara yang merdu dari para nenek. Aku sangat merindukan hal seperti ini. Aku dan Nandita segera mengganti baju untuk melakukan sembahyang bersama.
Dan akhirnya Nakula, Sadewa, dan Kavita pun juga ikut sembahyang bersama kami. Dan setelah sembahyang bersama, kami berlima kehalaman belakang tempat kami biasa berkumpul.
Tentu saja kami berlima mengobrol-ngobrol ria. Aku, Nakula, dan Sadewa umur kami sama. Dan mereka juga sudah lulus SMA. Kami bertiga membicarakan tentang perguruan tinggi pilihan kami. Kami berbicara bahasa Hindi, tapi tenang saja. Aku akan menuliskannya dalam bahasa Indonesia.
“Hai, apa kalian menjadi lulusan terbaik di sekolah?”, tanyaku penasaran.
“Tentu saja Sadewa yang menjadi juara umumnya. Dia meraih nilai tertinggi diantara siswa lainnya”, kata Nakula memuji saudara kembarnya itu.
“Ah bisa saja. Nakula juga menjadi juara 1 dikelasnya. Tentu saja nilainya juga tertinggi diantara teman-temannya”, balas Sadewa.
“Jadi kalian mau kuliah dimana?”
“Universitas of Delhi”, mereka menjawab secara bersamaan.
“Kalau kamu dimana?”, tanya Sadewa.
“Aku tidak tau, aku bingung. Aku sudah memilih jurusannya. Tapi aku belum menentukan tempat kuliahnya”, kataku.
“Kuliah disini saja. Bahasa Hindi, dan tulisan Devanagari mu kan sudah bagus. Pasti kamu mengerti apa yang dosen kata kan dan kamu juga pasti mengerti huruf  Devanagari”, Nakula menyarankanku.
            Aku belum memikirkan soal itu. Entah aku akan langsung kuliah, atau istirahat dulu. Aku mencoba meminta saran dari ayah. Dan ayah bilang, aku akan di kuliahkan di Delhi. Ya aku senang, tapi bagaimana dengan Nandita? Apa dia akan disini bersamaku atau akan pulang meninggalkan aku.
Ah, terserah. Yang penting, sekarang aku akan menghabiskan waktu disini bersama keluargaku. Sungguh hal terindah dalam hidupku.
Hari demi hari kami lalui bersama, bermain basket bersama Nakula, Sadewa, Kavita, dan Nandita.
Olahraga pagi bersama kakek, papa, paman Vinay, dan paman Pandu. Memasak bersama nenek, mama, bibi Rada, dan bibi Neha. Menghadiri acara surya puja bersama. Oh lengkapnya hidupku jika aku bersama mereka.
Tapi sudah satu minggu berlalu. Kami harus pulang, karena Nandita harus mengikuti MOS disekolah barunya. Dan aku juga harus mendaftar ke perguruan tinggi, meskipun aku belum menentukan tempatnya. Rasa nya aneh sekali, tapi mau bagaimana lagi. Aku harus berkemas untuk pulang ke Indonesia. Tapi saat aku berkemas, papa dan kakek datang ke kamarku, entah ada apa mereka berdua kesini. Mungkin ada hal penting yang ingin mereka katakan padaku.
“Kamu mau kemana?”, tanya kakek dengan tersenyum.
“Besokkan aku harus pulang kek, aku harus mendaftar ke perguruan tinggi”.
“Hmmm, bagaimana kalau kamu kuliah disini saja bersama Nakula dan Sadewa?”
“Ide bagus, tapi apa papa dan mama mengijinkanku untuk itu?”, kataku.
“Tentu saja. Papa dan mama sangat mengijinkan sekali. Lagipula kamu yang bilang kan kalau kamu ridndu sekali dengan semuanya yang ada disini? Jadi kami memberikan waktu lebih lama untuk kamu tinggal disini”, kata papa sambil menepuk pundakku.
“Terimakasih papa. Aku sanagt senang sekali. Tapi bagaimana dengan pendaftarannya?”
“Papa dan paman Vinay sudah mendaftarkanmu di Universitas of Delhi, kampus terbaik yang ada di Delhi. Kamu senang kan?”
“Iya pa. Aku sayang papa”.
            Dua hari kemudian papa, mama dan Nandita pulang ke Indoneisa. Dan aku harus bersiap untuk mengikuti test di Universitas of Delhi. Dan tiba waktunya aku melakukan test, aku diterima kuliah disana begitu pun dengan sikembar Nakula dan Sadewa. Di kampus aku bertemu dengan Pooja dan Arjun, kami sudah lama tidak bertemu. Meskipun aku sudah berhari-hari di Delhi, tapi aku baru kali ini bertemu lagi dengan mereka. Saat istirahat kami bertiga ke kantin untuk makan bersama dan tentu saja mengobrol. Aku jadi ingat, dulu kami bertiga selalu menghabiskan waktu bersama. Kami bertiga selalu bermain ditempat rahasia kami. Tapi sekarang entah bagaimana nasib tempat itu. Jika masih ada, aku ingin sekali kesana bersama Pooja dan Arjun.
“Wah, kamu ini sombong sekali ya. Sudah berhari-hari di Delhi tapi tidak mengabariku. Apa kamu sudah lupa? Teman macam apa dirimu ini. Haha” begitulah Arjun mengejekku.
“Eh tenang dulu, mungkin dia sedang sibuk”, kata Pooja.
“Arjun, tentu saja aku tidak lupa. Beberapa hari yang lalu aku sempat ke rumahmu. Tapi katanya, kamu sedang pergi bersama Pooja ke toko buku. Jika aku tau dimana toko bukunya, aku pasti akan menyusul kalian.
Pooja memang benar, aku memang sibuk. Aku sibuk menghabiskan waktu bersama keluargaku. Karena sudah lama aku tidak bertemu mereka”.
“Haha, iya aku mengerti. Lalu dimana Nandita? Apa dia juga disini. Aku sangat merindukannya. Dia itu gadis yang baik, dan pintar”.
“Oh, dia sudah pulang. Dia akan melanjutkan sekolahnya di Indonesia”
“Lalu kapan kamu akan pulang ke Indoneisa?”, tanya Arjun.
“Mungkin jika waktu libur”.
Banyak kebiasaan-kebiasaan yang berubah sejak aku tinggal disini.
Pertama, dimulai dari pagi hari. Biasanya aku bangun jam 6 tapi sekarang aku bangun jam 5 untuk mempersiapkan pemujaan. Dan aku juga menyiapkan sarapan.Tentu saja ditemani nenek, bibi Rada, dan bibi Neha. Sebelum sarapan, kami melakukan surya puja, lalu sarapan dan aku berangkat ke kampus.
Kalau di Indonesia biasanya aku selalu bangun Jam 6, membereskan tempat tidur, mandi, sarapan, langsung berangkat sekolah.
          Kedua, dirumah aku harus memakai Saree (baju khas India), atu Salwar Kamez. Sedangkan di Indonesa, aku bebas memakai baju apa pun tapi tetap sopan. Tapi disini sangat berbeda, anak perempuan harus memakai Saree dan Salwar Kamez. Jujur saja, aku tidak nyaman menggunakan Saree, jadi aku memakai Salwar Kamez saja. Nenek membelikanku banyak baju, tentu saja Saree dan Salwar Kamez. Oh, seperti tidak ada baju lain saja. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah tradisi. Aku juga sebenarnaya tidak percaya diri saat memakai baju-baju itu.
          Ketiga, di sini aku tidak menemukan makanan seperti di Indoneisa. Aku sudah mempunyai daftar makanan yang akan aku makan setiap harinya, dan tentu saja aku membuat makanannya sendiri. Makanan kesukaanku adalah Chole-chole. Dan cemilan kesukaanku adalah Ladu. Tapi aku rindu masakan mama, dan makanan-makanan di Indoneisa. Biasaya kalau aku sarapan di Indoneisa, bersama mama, papa, dan Nandita menu nya Nasi Goreng, Senwich, Bubur Ayam, atau Soto.
Kalu siang, biasanya aku jajan bakso. Tapi disini tidak ada. Dan malam hari aku biasanya makan kwetiau. Disini ada, tapi rasanya sedikit berbeda dari yang biasanya aku makan.
Ah, apa pun itu aku harus bisa terbiasa dengan semuanya.
          Keempat, di Indonesia aku tidak merayakan hari Holly, hari bunga, dan perayaan-perayaan yang ada di India. Tapi disini, aku bisa merayakannya. Aku merayakan Holly dirumah bersama keluarga besarku. Kami saling melempar bubuk yang berwarna warni. Perayaan tidak hanya terjadi dirumah saja, tapi di kampus juga. Aku, Pooja, dan Arjun juga saling melempar bubuk warna-warni dan saling mengucapkan “Happy Holly”. Dan di sini para pemuda pemudi merayakan hari Bunga. Ada 2 warna bunga yang penuh arti. Warna merah untuk kekasih/untuk menyatakan cinta. Dan warna kuning untuk sahabat.
Arjun memberikan aku bunga yang berwarna kuning, tapi kenapa Arjun memberika bunga yang berwarna merah pada Pooja? Hmmm, mungkin memang mereka sudah pacaran. Baguslah kalau begitu.
Dan satu lagi hal yang tidak ada di Indonesia. Perayaan ulangtahun Vasudev Krishna. Disana aku dan keuargaku pergi ke kuil setelah itu kami dan orang-orang lainnya merayakan ulang tahun Vasudev Krishna disepanjang jalan.
Waktu terasa cepat berlalu, dan tidak terasa sudah 3 tahun aku tinggal di sini. Selama 3 tahun ini aku pernah ke Indonesia 2 kali. Dan sudah hampir 1 tahun aku belum kesana lagi. Kuliahku hampir selesai, aku tinggal menyelesaikan skripsiku. Tapi sekarang aku harus menunda untuk menyelesaikan skripsiku. Karena aku harus menghadiri acara pertunangan kedua temanku Pooja dan Arjun. Mereka akan bertunangan, senang sekali melihat mereka berdua bertukar cincin. Aku juga sempat berpikir, kapan aku akan mempunyai kekasih dan bertunangan seperi Pooja dan Arjun.
Pooja menghampiriku dengan gemericik gelang kaki yang dipakainya. Pooja mengajakku berfoto dengannya dan Arjun. Lengkap sudah rasanya hidup mereka.
Keesokan hari nya aku pergi ke suatu tempat. Aku sengaja tidak memberitahu siapa pun.
Aku pergi ke hutan, hanya untuk melihat pemandangan saja dan untuk menyegarkan otakku yang dibuat gila oleh skripsi. Aku terkejut ketika Pooja memanggilku. Tapi bagaimana dia bisa tau kalau aku ada disini?.
            Akhirnya skripsiku pun selesai, wisudaku tinggal 3 hari lagi.
Dan setelah menunggu selama 3 hari, akhirnya aku menjadi lulusan terbaik di Universitas of Delhi begitu pun dengan saudaraku Nakula dan Sadewa.
Papa datang untuk menghadiri acara wisudaku. Papa sangat bangga padaku. Dan aku berencana untuk mencari pekerjaan di Mumbai.
Aku sudah coba melamar pekerjaan di 2 perusahaan, dan salah satu perusahaan menelefonku lebih dulu. Mereka mengajakku bergabung dengan mereka. Dan aku mulai bekerja disana, selama setahun aku bekerja disana akhirnya aku bisa membeli rumah dengan hasil kerja kerasku selama ini. Dan setiap tanggal 15 Agustus aku selalu mengibarkan bendera kebangsaan India dirumahku untuk memperingati hari kemerdekaan negara ini. Dan setiap tanggal 17 Agustus, aku juga mengibarkan bendera negara Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan negara Indonesia.
Aku sengaja
memajang kedua bendera itu di depan pintu rumahku. Meskipun ukurannya tidak terlalu besar, tapi aku bangga bisa mengibarkan kedua bendera itu.

Dua bendera itu terlihat gagah berkibar, yang satu mempunyai 4 warna kuning jingga, biru, putih dan hijau. Kuning jingga melambangkan keberanian dan pengorbanan, putih melambangkan kebenaran dan perdamaian, sedangkan hijau mewakili kepercayaan, kesuburan, dan biru kesopanan. Yang satunya lagi memiliki 2 warna, merah dan putih yang bermakna Warna merah melambangkan warna yang dapat menahan hawa jahat, sedangkan warna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati ksatria..
Meskipun aku tinggal di India, tapi aku tidak akan melupakan tanah airku yang kaya akan budaya, yang mengajarkanku banyak hal tentang keramahan, sopan santun, dan semuanya.
Aku berjanji, aku akan kembali ke Indonesia. Dan saat aku di Indonesia, aku berjanji aku akan kembali ke India.
Dua bendera itu sekarang telah menjadi harta berharga dalam hidupku, karena didalam keduanya ada keluargaku, karena keduanya telah memberiku banyak pelajaran yang belum tentu bisa aku dapatkan di negara lain

JUWITA DESI DWI RAHAYU HERRY SAPUTRI

No comments :

Post a Comment