Saturday, February 14, 2015

Cerpen-Flying Without Wings



FLYING WITHOUT WINGS

            Sejak kecil aku sangat ingin sekali terbang seperti burung, tapi aku tidak mempunyai sayap untuk terbang. Dan mustahil rasanya jika aku punya sayap.
Aku sering bercerita kepada ibu tentang keinginanku
“Bu, aku ingin sekali terbang seperti burung. Tapi aku tidak punya sayap. Bagaimana cara aku bisa terbang bu?”, tanyaku polos.
“Sayang, kamu bisa terbang tanpa sayap. Tidak harus seperti burung”
“Benarkah? Jadi kapan aku bisa terbang? Aku ingin sekali mengelilingi dunia bersama ibu dan ayah. Aku ingin kita semua bisa terbang”
“Iya nak”. Kata ibu dengan mata berkaca-kaca.
Aku benar-bernar ingin terbang seperti burung, tidak perlu membayar untuk biaya transportasi, dan tidak merepotkan ibu dan ayahku.
Aku juga bereritahu tentang keinginanku pada ayah.
“Ayah, aku ingin terbang seperti burung. Bagaimana caranya?”
“Kamu akan terbang nak, bahkan kamu akan terbang lebih tinggi dari burung-burung di langit. Asalkan kamu berusaha supaya kamu bisa terbang”
Apa yang dikatakan ayah itu benar, aku tau maksudnya. Aku harus belajar lebih giat lagi supaya aku bisa menjadi orang yang berhasil. Dan jika aku sudah berhasil, aku bisa kemana saja, bahkan aku bisa membawa ibu dan ayahku keliling dunia.
            Di pagi yang cerah ini aku akan mulai belajar di perguruan tinggi, aku diterima di perguruan tinggi ini karena aku mengikuti jalur bidik misi, dan aku diterima.
Aku tidak perlu membayar uang SPP, uang praktek, dan yang lainnya. Sedikit demi sedikit aku bisa mengurangi beban kedua orangtuaku. Malah aku mendapat uang bulanan dari pemerintah, itu semua cukup untuk keperluanku. Dan aku juga selalu memberikan separuh uang bulananku pada ibu dan ayah.
Di perguruan tinggi ini aku mengambil jurusan Ekonomi, jurusan yang sangat bergengsi dan banyak diminati mahasiswa.
Aku sangat beruntung bisa masuk ke jurusan itu, karena matakuliahnya tidak terlalu sulit bagiku, dan aku bisa mengikutinya dengan baik.
Disana aku dekat sekali dengan dosen bahasa inggris, namanya Mrs.Lida.
Mrs. Lida sangat baik padaku, dia sudah menikah dan mempunyai 2 anak, sempat beberapa kali aku di undang untuk berkunjung kerumahnya. Disana kami mengobrol tentang banyak hal. Dan Mrs.Lida memberitahuku untuk mengikuti lomba debat bahasa inggris.
“Kamu mau ikut lomba debat bahasa inggris gak?” tanya Mrs.Lida datar.
“Mau mis, tapi dimana? Kapan? terus daftarnya ke siapa?”
“Tenang, tenang, tenang. Jangan buru-buru. Daftarnya ke saya”
“Aku mau ikut mis, plis.. boleh kan”
“Boleh, bentar dulu ya. Saya mau ambil formulir sama syarat-syaratnya”
Akhirnya Mrs.Lida datang dan menyuruhku mengisi formulir dan memberikan kertas yang berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi.
 Aku langsung mendaftarkan diri ke Mrs.Lida. Aku juga memberitahu ibu dan ayahku. Mereka sangat mendukung, lega sekali rasanya jika restu orang tua sudah berada ditangan.
Aku langsung memenuhi persyaratannya. Lalu aku mendapat jadwal test nya. Ternyata test nya 4 hari lagi, dan semoga saja aku diterima.
Saat yang ditunggu tunggu telah tiba, aku mengikuti test pukul 11 siang dan aku harus menunggu hasilnya sekitar jam 2. Setelah lama menunggu akhirnya aku dipanggil kembali masuk ke ruangan, dan akhirnya aku diterima untuk mengikuti lomba itu.
Perlombaan akan dimulai 1 minggu lagi, jadi aku harus mempersiapkan semuanya dengan matang.
Seminggu kemudian aku mengikuti lomba, dan hasilnya langsung diumumkan hari itu juga. Aku menjadi salah satu peserta yang memenangkan perlombaan itu. Aku juara 1. Dan hadiah yang sangat spesial sudah menungguku, yaitu aku bisa pergi ke London untuk traveling. Aku sangat senang dan langsung memberitahukan kepada ibu dan ayah.
“Ayah, ibu aku menang lomba”, teriakku bahagia.
“Syukurlah nak, kamu pasti dapat beasiswa lagi ya?” tanya ayah dengan penuh harapan.
“Bukan ayah, aku tidak dapat beasiswa. Tapi aku dapat apa yang selama ini aku mau. Aku akan pergi ke London. Itu berarti aku akan terbang naik pesawat”.
“Benarkan kata ayah, kamu pasti bisa terbang, walau tanpa sayap”
“Iya ayah, ini semua karena dukungan dari ibu dan ayah. Aku sangat sayang pada kalian”
Aku, ibu, dan ayah saling berpelukkan.

Dan keesokan harinya, aku pergi untuk mengurus paspor.
Akhirnya, impianku untuk terbang seperti burung tercapai, dan benar kata ayah, aku bisa terbang tanpa sayap, dan aku bisa terbang lebih tinggi dari burung.
Dan tulisan ini aku buat saat aku berada di London.


Jangan berhenti bermimpi
Jangan berhenti meraih mimpimu
Kejar dan kejar terus
Setiap orang yang punya mimpi,
pasti punya jalan untuk meraihnya
.




JUWITA DESI DWI RAHAYU HERRY SAPUTRI



No comments :

Post a Comment